Hari ini sebenarnya saatnya menulis dengan tema pemberian reward kepada anak yang sudah mau puasa. Tapi terus terang Ibu BocahRenyah sudah lupa, dulu jaman Kakak dan Adek kecil tuh apa pernah gitu ya diberikan reward ketika bersedia diajak puasa.
Hanya ingat samar-samar, keduanya sudah mulai berlatih puasa sejak di Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Bertahap gitu sih puasanya, mulai dari jam berapapun mereka kuat, setiap hari ditambah setengah jam. Lama-lama sudah bisa sampai sore.
Saat ini Kakak sudah kuliah semester 4 dan masih mondok, sedangkan Adek kelas 2 SMP dan juga mondok. Ibu malah pengin cerita tentang bagaimana duo BocahRenyah ini berbuka puasa di pondok pesantren.
Meriah Sekaligus Sederhana Cara Makan di Pondok Pesantren
Saat melihat ada makanan yang sengaja disisihkan, tidak dimakan karena tidak sesuai selera, Ibu lantas teringat apa yang dialami Kakak dan Adek saat mereka makan bersama santri lainnya di pondok. Jangankan bersisa, biasanya malah pengin nambah tapi tidak ada lagi. Semuanya sudah dijatah.
Tak terkecuali di bulan puasa ini, santri tetap mendapatkan jatah makan yang sama seperti hari-hari biasa. Hanya bedanya waktu penyajian saja. Selama Ramadan, nasi dan lauk tersedia di jam buka puasa dan sahur.
Pada suatu hari di bulan Ramadan tahun ini, Adek pernah sesekali menelepon. Biasanya sih untuk berkabar tentang kegiatan di pondok, sekolah dan terutama tentang tambahan uang saku hehehee... Biasa laaahh...
Saat itu Ibu menanyakan, tadi buka puasanya makan apa saja? Jawabannya : "Biasalah, Bu... Nasi sama sayur tahu."
Kadang tuh Ibu merasa prihatin, duuuh gitu amat ya tirakatnya anak pondok. Makan tuh lauknya kalau enggak sayur tahu ya sayur terong. Berhubung sudah bertahun-tahun punya anak yang mondok, saat ini Ibu sudah bisa menganggap jawaban tadi sebagai bahan bercandaan khas anak pondok. Toh mereka masih bisa membeli gorengan di kantin untuk tambahan lauknya. Disyukuri saja yaaa... Hitung-hitung terbiasa prihatin sejak muda, Insya Allah nanti ketika dewasa bisa menjadi pemimpin keluarga yang peka terhadap segala situasi. Aamiin.
Berbeda dengan kebiasaan berbuka puasa di rumah, biasanya diawali dengan minum air, makan kurma, lanjut dengan makanan kecil dulu. Nanti makan nasi dan lauk pauknya setelah tarawih.
Kalau di pondok, para santri langsung berbuka puasa dengan makan besar. Kenyang is way of life ya Nak kalau di sana hehehee... Sekali makan langsung kenyang karena sesudah maghrib itu jadwal mengaji bakalan padat merayap hingga malam hari.
Bagi yang tidak familiar dengan kehidupan di pondok pesantren konvensional, Ibu mau berbagi cerita sedikit tentang cara makan santri, khususnya di pondok tempat Kakak dan Adek bersekolah.
Tradisi makan di pondok pesantren |
Biasanya mereka makan dengan menggunakan media talam atau nampan. Satu wadah gitu bisa untuk makan 5 hingga 6 orang. Mengambil wadahnya pun bergantian, jadi tidak santri yang itu-itu saja. Ada satu atau dua orang yang pergi ke dapur untuk mengambil wadah, dibawa ke pondok untuk dinikmati bersama dengan teman-teman lainnya.
Belajar hidup bersama memang 'seberat' itu ya, Nak? Harus rela menekan ego dengan bersedia mengambilkan makan santri lainnya.
Tak bisa meminta lauk spesial, tak bisa minta tambah porsi. Namun biasanya untuk jatah makan santri putra, nasinya pasti buaaanyaaakkk...
Oya, di pondok tempat Adek saat ini menuntut ilmu, ada kebiasaan makan yang disebut 'ngrowot', yaitu tidak makan nasi yang berasal dari beras. Sebagai penggantinya, mereka makan nasi jagung. Pondok pesantren menyediakan nasi jagung tersebut. Jadi ketika mengambil wadah makan, sudah tersedia dua pilihan, yang nasi biasa dan nasi jagung.
Mengapa sih harus menggunakan metode makan bersama seperti itu?
Ibu baca dari beberapa sumber bahwa pondok pesantren adalah tempat untuk belajar tirakat (prihatin), tradisi makan bersama ini salah satu wujud nilai tirakat. Makan bersama akan mendatangkan keberkahan sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ : فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ. قَالُوا نَعَمْ. قَالَ : فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ. قَالَ أَبُو دَاوُدَ إِذَا كُنْتَ فِى وَلِيمَةٍ فَوُضِعَ الْعَشَاءُ فَلاَ تَأْكُلْ حَتَّى يَأْذَنَ لَكَ صَاحِبُ الدَّارِ
“Bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “(Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang?” Rasulullah balik bertanya, “Apakah kalian makan sendiri-sendiri?” Mereka menjawab, “Ya (kami makan sendiri-sendiri)”. Rasulullah pun menjawab, “Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua.” (HR. Abu Dawud).
Masya Allah... ternyata begitu dalam ya filosofi dari makan bersama tadi. Tak hanya terkait tentang solidaritas saja, namun juga terkait dengan keberkahan atas apa yang telah dimakan tadi.
Makan bersama ini menjadi tradisi yang tidak bisa terlepas dari pondok pesantren untuk membangun solidaritas kebersamaan satu santri dengan yang lainnya. Bahwasanya mereka hidup bersama, sama-sama jauh dari orang tua, sehingga yang menjadi saudaranya ya teman pondoknya itu.
Insya Allah kesehatan dan kecerdasan selalu tercurah untuk kalian ya, anak-anakku. Jauh dari orangtua dan harus latihan prihatin begini menjadikan kalian pribadi yang tegar dan tidak mudah tergerus oleh berbagai permasalahan hidup di kemudian hari.
aku suka makan bersama karena terasa lebih hangat dan ceria :D
ReplyDeleteMakan bersama sebenarnya budaya masyarakat nusantara, ga hanya anak pondok. Sayangnya di kota kota, budaya ini semakin menghilang.
ReplyDeleteSuka ngebayangin kalau makan bareng gitu. Pasti ramenya pake banget :D.
ReplyDeleteSaya juga lebih senang buka puasa langsung makan berat mbak. Jadi ringkas dan cepat. Mengurangi makan yang lainnya juga sih (camilan)
seriap tujuan pasti ada manfaat nya dan nilai ini sudah ditanamkan sejak dini. Kebersamaan membuat apapun makanannya pasti membuat bahagia dan bisa jadi semakin lahap makannya
ReplyDeletePondok itu memang menomorsatukan kebersamaan ya.. kadang suasana itu yang dicari, misal lauknya sesederhana apapun yang penting bersama :)
ReplyDeletePonakanku dulu juga tinggal di pondok. Makannya sangat sederhana sekali, memang harus belajar prihatin ya sejak muda.
ReplyDeleteSering lihat nih metode makan seperti ini kalau bulan ramadhan di tv - tv. Cara makan seperti ini meningkatkan rasa kekeluargaan antar sesama nih.
ReplyDeletesoal aturan makan di pondok ini pasti ada tujuannya, termasuk saat waktu berbuka dan sahur. Terutama memupuk kebersamaan dan kesabaran juga. Insya kelak akan terbentuk karakter yang kuat untuk modal masa depan.
ReplyDeleteSerunya tinggal di pesantren ini ya makan bersamanya ya, pasti jadi kenangan yang tidak terlupakan. Jauh dari orang tua jadi belajar hidup prihatin dan mandiri. Waktu kuliah juga aku jauh dari orang tua, ketika sudah menikah jauh dari orang tua jadi sudah terbiasa.
ReplyDeletePunya filosofi dan manfaat yang luar biasa dari makan bersama ini. Rasa kebersamaan dan saling menghargai akan tercipta
ReplyDeletemakanan di pondok gak ada sushi, ayam goreng, dan sebangsanya ya. menunya masakan indonesia semua. hihii.. insya Allah jadi kenangan manis pas dewasa,
ReplyDeleteTertarik sama tradisi ngrowot nih. Menurutku itu bagus karena mendorong diversifikasi pangan dari segi menjaga lingkungan karena memang kan Indonesia nggak hanya beras makanan pokoknya
ReplyDeleteMasyaAllah, makannya nasi jagung. Kebayang bagaimana nikmatnya. Tentu selepas lulus nanti, akan memberi kesan dan kenangan tersendiri untuk anak-anak yang pernah mencicipi kebiasaan makan bersama di pesantren.
ReplyDeleteJadi teringat masa kecil dulu, saya dan adik-adik (kami berempat) sering makan bareng dalam satu wadah besar. Benar, jadi berasa solid dan terjaga kerukunan kami.
ReplyDeleteBukan cuma nikmati kebersamaan, tapi juga diajarkan hidup adil di tengah kebersamaan ya. Tradisi makan di nampan ini juga ada di Lombok (begibung) kalau ada perayaan besar Islam, ya setidaknya pernah ngerasain konsep yg sama walo bukan di pondok,, hehe..
ReplyDeleteAku jg lbh enak buka puasa yg makan besar setelah tarawih. Kalo makan besar abis maghrib tuh perut terasa begah. Ntr pasti ga kuat tarawih.
ReplyDeleteSeru bgt ya kak jd anak pesantren. Meski bnyk tirakatnya dl tuh krn kita selalu diajarin hdp sederhana. Kecuali yg pondok modern dan besar ya. Wah pasti makanannya enak smua tuh.
Keluarga kami mengelola pesantren, Kak. Di sini juga sama, mereka makan bersama-sama di nampan, bahkan mereka belajar masak sendiri sesuai jadwal piket setiap harinya. selalu ada kebersamaan dan kehangatan ketika mereka makan bersama, mereka juga belajar berbagi dan belajar lifeskill memasak tentunya
ReplyDeleteDengan melakukan memasak bersama, bonding, antara mereka juga masuk hampir berhimpitan.
ReplyDeleteLain kalah pondok pesantren modern, makan terjamin sesuai dengan kebutuhan...betul Pan.
.
Wah ingat pas masa pesantren dulu. Puasa bareng temen-temen sekamar, terus pada bikin sayur belimbing wuluh. Kebetulan dulu di pesantren kita masak sendiri. Maklum, pesantren zaman dulu. Belum ada catering seperti sekarang.
ReplyDeleteBelum terbayang kalau anakku masuk pondok kayak gmn jadinya. Soalnya makannya masih pilih2 euy
ReplyDeleteKehidupan pondok memang bermacam-macam. Kegiatan di bulan Ramadan tentu akan sangat seru. Tapi sayangnya karena banyak kasus perundungan di dalam pondok akhir-akhir ini membuat aku jadi takut masukin anak ke pondok
ReplyDeleteBagus tuh membiasakan makan tidak harus nasi. Sumber karbo kan ada banyak sekali, bukan hanya nasi.
ReplyDeleteBarakallahu fiikum, para santri yang in syaa Allaah calon penghuni surga.
ReplyDeleteSemoga para penuntut ilmu ini bisa menjadikan makan serta minumnya sebagai ladang pahala yang akan menegakkan tubuh mereka untuk menimba ilmu.
Ini juga yang selalu kakak bilang kalau makan di pesantren.
Jangan berlebihan dan habiskan apa yang uda diambil. Biasanya juga ada waktunya. Jadi, anak presantren tuh memang dilatih untuk pintar mengatur waktu antara satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.
Aku baru paham tradisi ngrowot ternyata manfaatnya sebesar itu ya...
ReplyDeleteSemoga anak-anaknya selalu sehat dan bersemangat di pondok mbak..
Buka puasa di Pondok memang asik, selain merekatkan kebersamaan juga bisa menjadi salah satu contoh meneladani sikap Rasulullah Saw dengan makan bersama. Pasginya, kalau ada santri belum dikirim, biasanya diajak makan bareng. Benar-benar ada kekeluargaan di pondok.
ReplyDeleteaku belum pernah ngerasain mondok. tapi kalau sesekali makan ramean gitu kayak di pondok seru ya. tapi gamau tiap hari, jauh dari rumah wkwkwk
ReplyDeleteAku gak pernah mondok, tapi liatnya seru banget ya bisa makan bersama dengan nampan bareng teman-temannya. Ada nilai kebersamaan dan kehangatan, mulai belajar masak bersama dan makan-makan bersama.
ReplyDeleteAnak-anak pondok MasyaAllah banget ya mom. Selain makan bareng2 dengan lauk sederhana, jam tidur di pondok biasanya juga dibatasi ya mom. Soalnya saya punya teman mondok, kalau di sekolah sering ketiduran hehe.
ReplyDeleteSudah lama tak mendengar istilah "ngrowot" ini. Dulu sewaktu saya masih kecil istilah ini diasumsikan tidak makan daging-dagingan, hanya makan sayuran gitu. Ya, mungkin kurang lebih sama lah...
ReplyDelete