Sunday, October 30, 2022

Mengapa Anak Remaja Mulai Jarang Ngobrol dengan Orangtua?

 

Rasanya seperti belum lama Ibu membersamai Kakak dan Adek di saat usia balita, eehh tau-tau sekarang kok sudah remaja aja. Bahkan Kakak sudah kuliah tahun ini. Cepatnyaaa waktu berlalu.

Sebenarnya kalau mau tengok-tengok ke masa lalu, ada banyak tahun yang penuh perjuangan untuk melampaui waktu yang tadi Ibu bilang cepat berlalu tadi. Iya, tak hanya satu dua tahun saja. Sejak anak-anak lahir, belajar berjalan dan bicara, mulai sekolah, hingga akhirnya harus mandiri dan mulai jauh dari orangtua di saat masuk ke SMP. 

Masih teringat, saat Kakak dan Adek masih kecil, balita unyu-unyu, adaaa saja yang ingin mereka ceritakan ke Ibu. Apa saja deh, mulai dari rasa ingin tau ini dan itu, mengadukan kenakalan satu sama lain, mengeluhkan teman-temannya yang tidak menyenangkan, atau menyampaikan permintaan ini itu yang tiada habisnya.




Perubahan Anak Kecil Menjadi Remaja


Kadang-kadang terasa takjub ketika membandingkan perbedaan pola komunikasi antara usia balita dengan remaja ini. Dulu ketika Kakak dan Adek masih balita hingga usia awal-awal Sekolah Dasar, banyak sekali cerita yang ingin disampaikan ke Ibu. Nggak perduli saat itu Ibu baru pulang kantor di malam hari, badan berasa remuk redam, perasaan sedang tak menentu karena ada masalah di kantor, tetap saja namanya bocil penginnya ya menceritakan segala sesuatu dan didengarkan dengan serius.

Saat itu memang terasa waktu sangat sedikit untuk berbagi dengan anak-anak. Kakak dan Adek punya segudang cerita, sedangkan Ibu punya segudang permasalahan. Ih, sok sibuk banget deh Ibu. 

Faktanya memang saat anak-anak masih kecil, Ibu sedang ada di posisi pekerjaan yang memikul tanggung jawab cukup berat. Pekerjaan yang penuh kerahasiaan, tidak bisa dibagikan kepada siapapun kecuali pimpinan, tapi harus tuntas demi kelancaran pekerjaan bagian lain. 

Himpitan pekerjaan terkadang bikin stres. Penginnya sampai rumah bisa istirahat. Namun seperti layaknya ibu dengan anak usia balita, Ibu BocahRenyah harus mengatur ritme emosi agar meluangkan segenap hati untuk si kecil. 

Itu tidak mudah, Moms... benar-benar tidak mudah. Jujur saja dulu pernah mengeluh tentang beratnya masa-masa itu.

Lalu kini, ketika anak-anak berangkat remaja, di saat Kakak dan Adek sudah terlatih untuk mandiri sejak dini, ada sesuatu hal lain yang terasa di hati Ibu. Kosong. Celoteh ramai mereka tak ada lagi. Masing-masing sudah punya teman, asyik dengan dunianya sendiri-sendiri.

Butuh ketekunan untuk membuat mereka mau menceritakan hari-hari yang mereka alami saat ini. Itupun seringnya dijawab dengan: nggak ada yang istimewa kok, Bu. B aja. Kesel nggak tuh?

Dulu aja kalian selalu mengejar-ngejar Ibu untuk cerita ini itu lho, Nak. Kok sekarang malah gantian Ibu yang harus kejar-kejar kalian untuk cerita sih. Ironis kaaann....

Saat Kakak masih TK 





Anak Remaja Mulai Membatasi Percakapan 


Sebenarnya Kakak dan Adek bukannya sama sekali tidak mau cerita apa-apa ke Ibu sih. Masih jawab kok ketika ditanya ini itu, terutama ketika Ibu menampakkan tanda-tanda putus asa untuk mengorek-ngorek sesuatu hahaha... Payah deh nih Ibu. 

Oya, Moms, kedua Kakak dan Adek BocahRenyah ini sejak SMP sudah mondok dan tinggal terpisah dari Ayah dan Ibu. Bisa jadi kemandirian mereka ini menjadi salah satu alasan mulai berkurangnya 'dikit-dikit cerita' ke orangtua. 

Masih teringat masa awal-awal masuk pondok, Kakak, si anak cewek sulung, setiap kali dijenguk masih banyak cerita ini itu, ada keluhan A B C hingga Z. Lambat laun seiring dengan adaptasi yang harus dilaluinya, Kakak tumbuh menjadi gadis tegar, tangguh dan cenderung galak. Piss, Kak... kalau baca postingan ini akui saja lah ya. 😀

Begitu juga dengan Adek, yang memang pada dasarnya jauh lebih pendiam dibanding Kakak. Sejak menginjak kelas 4 atau 5 SD makin sedikit saja bicaranya. Lebih banyak harus ditanya dulu baru mau cerita. Apalagi memang pada umumnya anak cowok itu lebih sedikit mengeluarkan kata-kata dibandingkan cewek. 

Apakah itu tanda-tanda Adek tidak care pada Ibu? Nggak juga sih. Ketika Ibu sakit, sama sekali tidak bisa beranjak dari tempat tidur, dengan sukarela Adek mengambil alih beberapa tugas rumah yang masih bisa dikerjakannya. Dengan telaten Adek membuatkan teh hangat untuk seisi rumah, menyapu lantai dan mengecek semua pintu pada malam hari. Kelihatannya sepele meskipun di luar sana banyak anak lelaki yang tidak bersedia melakukan semua hal sepele tadi di usianya yang masih sekitar 10 tahun. 

Lalu mengapa ya anak-anak mulai membatasi percakapan dengan orangtuanya ketika mereka beranjak remaja?

Ibu akhirnya baca-baca dari berbagai referensi, artikel-artikel parenting baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Rerata anak remaja memang mulai berusaha menemukan jati dirinya, berusaha mengatasi sendiri persoalan yang dihadapinya dan hanya 'lapor' ke orangtuanya ketika masalahnya cukup serius dan tidak bisa diatasinya sendiri.

Perasaan lebih nyaman ngobrol dengan teman sebaya menjadi salah satu faktor utama menurunnya intensitas percakapan dengan orangtua. 

"Kalau sama teman tuh tidak dikit-dikit diceramahi."

Uhuks... Bisa jadi bahan introspeksi nih, Moms & Dads. Seringnya tanpa sengaja kita otomatis menasihati ini dan itu yang terasa kurang nyaman pada anak-anak. Akhirnya mereka malas untuk ngobrol lagi dengan orangtua jika ujung-ujungnya bakalan diceramahi melulu. 

Saat Ibu coba pelajari, ternyata saat Ibu mulai lebih dahulu bercerita tentang apa saja yang Ibu alami dan rasakan, terutama ketika jengkel atau sedih tentang hal lain (bukan jengkel pada mereka), Kakak dan Adek akan lebih menanggapi. Baru kemudian mau membuka diri lebih banyak.

Terkadang ada yang bertanya : pacaran itu ngapain sih, Bu?

Ada juga yang kemudian kepo tanya seperti ini: terjadinya bayi itu caranya gimana? *ngook... pengin menghilang

Ya gitu deh roller coasternya dunia seorang ibu yang anaknya telah beranjak dewasa. Dulu waktu kecil, kaum ibu selalu khawatir anaknya terlambat bicara, terlambat jalan, sering sakit-sakitan, anaknya dinakali teman sekolah. Begitu anak mulai remaja, 'kepusingan' lain bergantian menghampiri hehehee... 

Bukan untuk dikeluhkan ini konteksnya ya, Moms... 

Ibu BocahRenyah justru iri dengan ibu-ibu lainnya yang anaknya masih nempel erat, yang menjadikan ibunya sebagai center of their world. Bahkan ada yang mau ke kamar mandi saja sampai kudu buru-buru karena si kecil tidak mau ditinggal.

Nikmati saja ya, Moms. Saat-saat seperti itu tak akan kembali lagi. Ada masanya kita yang bakalan menginginkan anak untuk datang mengadu, padahal si anak sudah mampu melakukan semua hal sendiri, termasuk membuat keputusan penting dalam hidupnya.

Berasa nggak rela, tapi gimanaaaa...



**curcolan di pojok kamar sembari kangen



29 comments:

  1. selamat pagi mbak :). ya nama nya remaja era 5.0. sekarang kalau nggak bergaul lewat gadged dan perkembangan yang super cepat ini. mereka malu sih. apa lagi kalau umur remaja masih jalan dengan ortu. pasti cepet malu nya. hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar. Saya sih tidak berekspektasi terlalu tinggi ingin jalan dengan anak2 sih, udah paham banget hal ini. Tulisan saya ini lebih ke saat2 berkomunikasi intens di rumah. Itu pun sudah sulit ya hehehee... kalah sama si telepon pintar yg jadi nyawa kedua mereka. :)

      Delete
  2. Mba Uniiiieeekkk, mari kita ber virtual hugs 😍😆 anakku cowo 16 tahun dan masih serumah ama daku /tdk mondok. Ya ampuuuunnn buat probing gimana opini/cerita doi syuliidd khanmaen 😆 ya sutralaahh memang fasenya cem gini yak.
    Makasii mb Uniek, curcolannyaaaa

    ReplyDelete
  3. huaaa anakku cowok semua Mbak, sekarang sih masih cerewet cerita ini itu di sekolahnya, masih pada jadi fansnya emak, tapi gak bisa bayangin juga nih kalau nanti beranjak remaja terus jadi pada pendiam hihih.

    ReplyDelete
  4. Thank you sharingnya Mbak Uniek. Sekarang sih masih merasakan anak-anak itu dikit-dikit Mamah, dikit-dikit lapor Mamah ha ha. Apalagi Papanya udah pindah ke kantor pusat gini. Otomatis tambah Mamah Mamah Mamah aja deh. Kadang ya sering merasa riweh. Apalagi masa-masa masih PJJan kemarin. Bener bener berasa nggak ada waktu buat diri sendiri. Makanya ngeblogpun jarang. Tapi kalau dipikir ya memang masa-masa ini dinikmati aja. Karena anak nggak selamanya jadi anak-anak. Mudah-mudahan sih kalau sudah remaja masih mau banyak ngobrol sama Mamanya.

    ReplyDelete
  5. Jadi sahabat anak itu tidak mudah. Tapi kalau sejak kecil sudah dibiasakan, gak sulit kok. Kalau sudah dianggap sahabat oleh anak, tentu saja dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap orang tua, ada masalah apapun anak nyaman bercerita. Dan sebagai orang tua kita juga harus siap, menampung semua ceritanya dengan bijak dan memberikan solusinya ya

    ReplyDelete
  6. Saya pun mengalami hal yang sama Mbak. Kadang kecerewetan saya di rumah sering disalahartikan, padahal maksud saya baik. Namun si anak lebih memilih meninggalkan saya ketika omelan saya panjang lebar. Bahkan saat usianya memasuki 17 tahun saatnya dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya...saya ajak jalan pun malu hehehe.... dari sini saya belajar mengerti tentang anak saya...hingga akhirnya saya bisa memahami bahwa anak itu bertumbuh dan tidak selamanya kita bisa mengekangnya...ada saatnya dia lepas namun tetap kita arahkan dan beri perhatian supaya si anak tidak merasa sendiri ketika mencari jati dirinya.

    ReplyDelete
  7. Kalau dari fotonya seperti sebayaan mbak Uniek sama si kakak hehe. Jadinya ketika anak beranjak remaja, peran orangtua kudu harus jadi sahabatnya ya berarti

    ReplyDelete
  8. ahahah kadang jadi teringat saat aku remaja. memang betul sih anak remaja itu ngerasa males ngobrol kalau sama orang yang nggak seritme.. tapi bisa kok kita pupuk sejak dini untuk membiasakan ngobrol sama anak2

    ReplyDelete
  9. Wuaduh baca ini aku jadi reminder utk makin berusaha dekat ma anak2 krn mumpung masih kecil. Apalagi si bungsu jg masih suka mefet2 ma emaknya bobo jg msh minta dikelonin. Gak kebayang kalau anaknya dah gede trus gak mau. Malah dj emaknya yang gantian mefet2in yaa.
    Tp ya seneng krn pd akhirnya anak2 remaja bisa mengatasi problemnya sendiri, udah mulai mandiri. Tapi sesekali pdhl manja2 ma emaknya ya gpp yaa.

    ReplyDelete
  10. Huhu iya, anak-anakku udah mulai begitu. Cuma sebagian aja yang mereka ceritakan ke aku. Gak kayak waktu kecil. Kalo pulang sekolah, banyak banget yang mereka ceritakan. Suka sedih deh. Bahkan status WA aja aku di-hide, lho. Tapi ya, mungkin begitulah kehidupan. Aku juga dulu mungkin begitu. Mencoba sabar dan nerima aja. Asal bukan hal-hal negatif aja yang mereka sembunyikan. Semoga anak-anak kita selalu dalam lindunganNya.

    ReplyDelete
  11. Belajar dari pengalaman aku yang suka debat sama ortu, akhirnya pas punya anak belajar banget ini untuk tak mengulangi masa lalu. Memasuki masa remaja, ya lumayan banget tantangannya ya, terutama masalah komunikasi dan ngobrol. i know ur feeling, Kak

    ReplyDelete
  12. MashaAllah~
    Memang anak-anak ini gak terasa sudah pada mandiri dan gak perlu di gendong-gendong lagi. Gak perlu nempel sama emaknya apalagi emaknya sampai gabisa ke kamar mandi. Rasanya masa-masa itu indah sekali.. Meski pada saatnya dulu sering mengeluhkan hal tersebut. Sering nangis karena capek..

    Ternyata ada fase dimana kita merindukan hal yang telah dilewati..
    Semoga Allah senantiasa menuntun kita semua untuk selalu belajar dan membimbing anak-anak sampai masanya tiba, kelak..

    ReplyDelete
  13. di setiap masa ada tantangannya, ya. Mungkin kini waktunya sang ibu berkarya seperti anak muda biar berasa sepantaran sama para remaja he he he.

    ReplyDelete
  14. Mungkin nih si anak merasa nyaman berbicara dgn teman atau sahabatnya... Jadi ya sebagai ibu meski kita bisa mengerti dan perlu lah sesekali aja me time bersama anak.. Ajak ngobrol mulai bercanda dulu terus nyerempet ke yg serius.. Ha.. Ha taktik gitu loh

    ReplyDelete
  15. Iya nih mbak saya masih belajar saat anak cerita, curhat, tidak malah ceramah hehe. Takutnya nanti anak malas cerita lagi. Tapi ya giyu, kadang klo cerita apa, kadang gatal untuk menasihati untuk begini, begitu hehe.

    ReplyDelete
  16. Huhu anakku kelas 2 saja kadang sudah ogah diajak diskusi kalau sedang asyik menulis. Ngobrolnya tuh kalau dia merasakan sesuatu yang enggak enak ketika di sekolah...

    ReplyDelete
  17. Makasih banyak MB. Membaca nya membuat saya jadi perlu mempersiapkan diri lebih baik sebagai ibu terbaik buat anak-anak

    ReplyDelete
  18. Baca ini jadi auto baper padahal si kecil masih 2 tahun haha. Kalau aku baca curcolan mba, agak relate sama aku dulu yang juga ga bisa cerita sama ibuk sendiri. Soalnya tiap aku cerita yang ada malah diomelin wkwkwk, jadinya auto males

    ReplyDelete
  19. Saya pun sudah mulai mempersiapkan diri menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengejutkan seperti di atas nih Mbak. Memang banyak orangtua yang bilang bahwa membesarkan anak remaja itu sungguh menantang. Terutama dalam urusan komunikasi. Mudah-mudahan dengan banyak dapat tips seperti di atas, saya bisa menjalaninya lebih legowo dan santai nanti heheh. Makasi Mbak.

    ReplyDelete
  20. MashaAllah~
    Anak-anak sudah mandiri dan semoga ketika kelak hidup mandiri, memiliki kehidupan sosial sendiri, bisa tetap memberikan kontribusi yang positif untuk lingkungannya.

    Bekal orangtua di masa sebelumnya semoga bisa menjadi jariyyah.
    Tabarakallahu~

    ReplyDelete
  21. Anak remaja punya kecenderungan gak suka diceramahi itu betuuuul banget. Mereka pada masa butuh didengarkan, dipahami, ditemani. Ketika mereka dimengerti biasanya lebih menerima nasihat.

    ReplyDelete
  22. katanya memang kalau anak remaja itu tantangan banget ya, mbak bagi orang tua dalam hal komunikasi. kita sebagai orang tua harus bisa memposisikan diri sebagai teman kalau memang anak mau selalu bercerita pada kita. duh anak saya masih kecil-kecil semoga saja nanti pas besar mereka bisa selalu bercerita pada saya

    ReplyDelete
  23. Saya juga ngalami mbak. Anak yang SMA sama SMP kelas 3 udah lebih sering menghabiskn waktu sama teman-temannya. Jarang ngobrol pagi. Ternyata watlktu bersama anak benar-benar hanya sebentar saja

    ReplyDelete
  24. Bener banget nih mbak. Anak yang semakin dewasa perlahan-lahan seperti membuat jarak kalau Kita sebagai ibu tidak pintar-pintar membuang jarak ya

    ReplyDelete
  25. Lucuuuu.. Bilang aja pacalan itu pake pacar kuku (hihihi)

    ReplyDelete
  26. Anak remaja sekarang kadang malu dipeluk orang tua sendiri. Tapi kalau sama mau mau saja

    ReplyDelete
  27. Nah biasane anak remaja punya dunia sendiri ya kak untuk itu kita jadi ortu hrs lebih bisa jadi teman ngobrol buat anak

    ReplyDelete
  28. Makanya Allah ngasih masa golden age saat anak berusia 1 sampai 6 tahun. Pas anak beranjak dewasa momen ngobrol dengan orangtua tidak lagi terasa asing

    ReplyDelete