Jadi seorang ibu tuh harus kuat, termasuk menanggung kesedihan secara sendirian. Benarkah?
Duh, kalimat di atas kok kayaknya lebay banget yaaa.. Kayak deramah banget deh bahas tentang kekuatan seorang ibu gitu? 😉
Kekuatan yang berkaitan dengan pengorbanan seorang ibu untuk menanggung semuanya sendirian. Lebih-lebih yang terkait dengan perasaan tak nyaman yang bisa saja timbul di dalam keluarga.
Kenapa sih tiba-tiba Ibu BocahRenyah bikin tulisan kayak gini? Ga biasa-biasanya menye-menye gitu. 😀
Sebenarnya tulisan ini untuk meringankan saja apa yang selama ini menyesak di dada. Beberapa waktu sebelumnya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, lumayan ya kalau mau dibilang serius sakitnya. Kebetulan yang sakit adalah si Ayah.
Berawal dari imunitas yang drop, lanjut mual dan muntah selama berhari-hari gitu. Takut dong Ayah terserang dehidrasi maka Ibu antarkan Ayah ke rumah sakit terdekat langsung ke IGD. Long story short, Ayah masuk ruang isolasi dan harus dua minggu 'mendekam' di sana. Tentu moms & dads tahu apa ini artinya.
Di masa-masa support Ayah yang harus sendirian di rumah sakit dan tidak bisa ditungguin ini, Kakak sempat beberapa kali menghubungi keluarga. Kakak yang masih ada di pondok tentu tidak tahu kalau Ayah sedang menjalani pengobatan di RS. Tadinya sih Ibu nggak mau memberi tahu sama sekali supaya tidak timbul kekhawatiran, apalagi saat itu Kakak menghubungi untuk minta didoakan agar tes akhir semesternya lancar.
Tapi Ibu pikir-pikir, doa anak sholiha siapa tahu manjur kan ya. Ibu hanya memberi tahu jika Ayah saat itu ada di RS karena kecapekan, terlalu banyak tugas ke luar kota dan kurang istirahat. Nggak bohong sih, karena sebelum drop dan terkena serangan virus itu Ayah memang sedang tinggi sekali jam terbangnya dinas ke luar kota.
Kakak sempat sedih waktu itu dan menanyakan apakah beneran Ayah hanya kecapekan. Sudah tugas seorang ibu kan menenangkan buah hati di saat-saat seperti ini? Walaupun yaahh waktu pertama kali divonis harus masuk ruang isolasi itu tangisan Ibu udah tumpah di detik pertama roda-roda brankar itu membawa Ayah.
Ya gimana ga mewek kan, biasanya Ayah yang sehat dan segar bugar, selalu ceria dan banyak bercanda di rumah, tiba-tiba tampak tak berdaya dan harus sendirian gitu. Tak boleh ditungguin, tak boleh dijenguk. Sakit dan kesepian, duuhh... paduan yang sungguh mengerikan untuk dibayangkan.
Nangis? Menangis kala tak ada yang tahu. Sudah biasa banget tuh seorang ibu melakukan gitu yaa... bener nggak moms? Di depan keluarga sok kuat, tabah dan tenang, padahal dalam hati alamaaakk...
Nah, balik lagi ke si Kakak. Saat itu Ibu berpikir, kalau Ibu curhat pada Kakak, bisa dipastikan nanti dia di pondok bakalan resah dan gelisah. Bawaannya pasti pengin pulang, secara udah setengah tahun tak pernah bertemu dengan keluarga gara-gara pandemi.
Jadi begitulah, meskipun rasa sedih tak terkira harus dirasa, Ibu harus tetap kuat menanggungnya demi anak-anak. Adek yang di rumah pun harus diberi pengertian bahwa mulai saat itu kami sekeluarga harus karantina mandiri. Dia tak bisa pergi mengaji, tak bisa keluar rumah sembarang. Alhamdulillah Adek mau mengerti, termasuk sanggup tidak menceritakan hal ini kepada Kakak yang kadang-kadang chat via Messenger.
Jika suatu saat Kakak membaca artikel ini sebelum Ibu bercerita langsung, maafkan Ibu ya Nak. Ibu berharap Kakak bisa memahaminya dengan penuh kedewasaan. 😍😘
Begitu juga dengan teman-teman Ibu, baik teman sekolah, teman kuliah, maupun teman blogger, semoga bisa memahami. Ibu tidak bercerita apa-apa supaya tidak menambah kecemasan banyak pihak yang selalu baik pada keluarga kami. Alhamdulillah saat ini keluarga BocahRenyah dalam kondisi baik dan sehat.
Mungkin timbul pertanyaan ya, gimana tuh cara mengatur duit menghadapi ujian sakit seperti ini?
Berkaitan dengan issue kesehatan yang kian rawan di masa-masa seperti ini, sudah selayaknya jika keluarga dibekali dengan perlindungan tersendiri ya. Bisa pilih perlindungan kesehatan dari berbagai penyedia jasa asuransi. Sesuaikan saja dengan besaran budget dan kebutuhan perawatan yang mau di-cover.
Menyediakan pos dana darurat dalam budget keluarga juga bisa dilakukan. Pada kondisi tak terduga seperti ini, tentu kas keluarga untuk pengeluaran sehari-hari bakalan goyah ya jika harus dikurangi dengan biaya pengobatan.
Kadang-kadang ada saja ya orang yang tidak peduli dengan hal ini. Bahkan secara frontal menyatakan semua nasib itu ada di tangan Allah. Tidak salah lho ini, hanya saja manusia juga harus punya ikhtiar ya. Menyediakan dana kesehatan secara khusus tuh kerasa banget urgensinya ketika ada salah satu anggota keluarga yang harus menjalani pengobatan.
Kalau untuk jaminan kesehatan, keluarga BocahRenyah sudah ikutan BPJS mandiri, lengkap untuk 4 orang. Namun untuk kasus khusus seperti yang dialami Ayah tadi, semua biaya perawatan ditanggung Kementrian Kesehatan. Sesuai dengan prosedur yang berlaku, keluarga BocahRenyah tidak mengeluarkan biaya sepeser pun.
Alhamdulillah. Meskipun tak harus membayar apapun, tetap saja ya kalau bisa kita semua tak pernah mengalami hal ini. Sehat-sehat selalu ya moms, dads, dan seluruh anggota keluarga.
Mari kita semua tak lengah untuk menjaga kesehatan badan dengan makan yang bergizi, cukup olahraga, dan menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin.
Stay safe, stay healthy yaaa...
Alhamdulillah sudah kembali sehat kan ya mba si ayah anak2.. moga sehat2 semuanya ya. Iyaa betul mbaaaa, walau ada asuransi kesehatan dr kantor teteuup lebih enak sehat wal afiat
ReplyDeleteselain menjaga daya tahan tubuh, punya asuransi kesehatan juga sangat perlu ya mbak
ReplyDeleteaku juga pakai bpjs, pengalamannku 2x lahiran ditolong bpjs secara gratis, sangat membantu
si kakak udah gede mmakin cantik ya kayak mamanya.. barakallah sehat2 semuanya aamiin
ReplyDeleteLuar biasa dengan apa yang udah mbak jalani. Semoga mbak sekeluarga stay healthy, sehat wal'afiat. Aamiin ya Rabb.
ReplyDeletePuji Gusti. Ikut bahagia dengar kesembuhan pak suami Mbak. Saat menulis komentar ini, kami sedang menunggu hasil swab suami. Soalnya beberapa hari lalu misua kontak dengan relasi yang kemudian ternyata positif Covid-19. Mudah2an negatif. Walaupun ditanggung asuransi, tetap saja lebih baik sehaaat
ReplyDeleteIya, semoga negatif ya Mba. Sehat sehat selalu untuk Mba Lisdha sekeluarga.
DeleteStay strong ya Mbak Uniek. Aku pun kalau di depan anak ya dikuat-kuatin karena memang begitulah fitrah ibu yang harus kuat dalam segala kondisi. Semoga Mbak Uniek sekeluarga sehat selalu ya.
ReplyDeleteAku salfok sama si kakak, udah gede banget yaa... udah bisa jagain mamanya ini :)
ReplyDeleteSemoga selalu sehat ya untuk suami. Saat suami sakit ngerasain banget kita juga kesusahan ya. bukan cuma saat kita sbg istri aja yg sakit suami kelimpungan :)
Sehat sehat selalu ya Mba. Semoga selalu dalam lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla.
ReplyDeletekalo suami dan anak udah mulai ngedrop wah rasanya langsung panik deh, gercep buat balikin kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh mereka. Makanya peran seorang ibu sangat penting
ReplyDeleteiya bener banget ya mba, banyak yang masih bilang soal kesehatan serahkan pada allah, Memang sih begitu tetapi tetap harus ada persiapan dari kita. Ikut proteksi asuransi kesehatan ini baru kerasa banget manfaatnya kalau dalam keadaan sakit dan biasanya banyak yang baru nyesel ga urus asuransi mandiri sejak jauh hari
ReplyDeleteSyafahullah teruntuk suami tercinta, kak Uniek.
ReplyDeleteSemoga Allah mudahkan kesehatan beliau dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Kak Uniek juga sehat-sehat selalu yaa...
Alhamdulillah si ayah sudah kembali sehat ya mb Uniek. Semoga kita semua dilimpahkan kesehatan. Ngerasa banget kalo ada keluarga yang sakit meskipun ada simpanan tetap aja kepikiran
ReplyDeleteHebat banget Adek yang bisa dikasih pengertian saat harus karantina mandiri dan nggak bilang-bilang ke Kakaknya. Alhamdulillah semua sudah teratasi, ya. Semoga sehat-sehat selalu ke depannya. Aamiin.
ReplyDeletega kebayang sedihnya pas suami sakit ya maaak.. huhu. InsyaaAllah setelah ini akan diberikan kesehatan ya mak.. Aamiin.. Semangat terus maaaak!
ReplyDeleteEhh...makasih udah sharing tentang dana daruratnya lho, Bun. Menginspirasi. Alhamdulillaah sekarang udah sehat2 semuaa ya, Buun. Btw ya, idungnya kakak emang keliatan naik dikit, ya. Wkwkwkk (dibahass)
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang udah sehat semua ya mbak, kemarin aku pun berada ditahap harus kuat lahir batin kareena pindah rs satu ke rs lain karena keguguran dan harus kuret, sebelumnya musti menjalani rapid tes sebelum mengambil tndakan. pikiran udah kemana-mana gimana kalau reaktif.
ReplyDeleteBismillah yaa.. memang ngga boleh lengah.. apalagi situasi sekarang, menjaga kesehatan diri dan keluarga sudah menjagi keharusan.. kesehatan fisik dan fisik dan mental harus seimbang juga ya mbak.. semangat
ReplyDeleteSemoga pandemi lekas berakhir ya Mak, dan semuanya sehat-sehat terus, kangen kopdar
ReplyDeleteWaaa baru tau. Alhamdulillah mba Uniek dan keluarga diberi Allah kekuatan menghadapi ujian. Semoga kita semua diberi kesehatan ya mba, saling menyalurkan semangattt.p
ReplyDeleteAlhamdulillah ayah anak2 sudah sehat kembali ya.. Semoga seterusnya kita semua sehat selalu ya Dik.. Memang berat ya menjadi seorang ibu yg harus kuat menahan beban sedemikian rupa.. semoga dimudahkan dan dikuatkan ya.. Insya Allah...
ReplyDeleteSend warm hugs dari sini yaa Mba Uniek, can't imagine klo harus mengalami juga. Dan alhamdulillah dimampukan melewati ujian nungguin orang terdekat yg sakit ya Mbaa.. .semoga Paksu bener2 pulih dan sehat saklawase yaa Mba. Keep strong as always, kekuatan ibu itu tak terbatas, InsyaAllah yg beking Gusti Allah
ReplyDeleteMasyaAllah.. yang kuat ya ibu.. insyaAllah sakitnya ayah sebagai penggugur dosa-dosa beliau sebelumnya. Cepat sembuh juga ya mbak untuk suami.. hebat adek dirumah bisa ngerti.. Semangat sehat semuanya
ReplyDeleteAlhamdhulilah semua sudah terlewati ya mbak. Pak suami sudah sehat lagi. Semoga kita semua sehat2 dlm lindungan Allah. Btw kakak kapan pulang mbak?aku sekarang udah bisa merasakan apa yg kau rasakan hehee
ReplyDeleteNtar liburan kenaikan kelas bulan April, Mun, sekalian puasa sampe Lebaran.
DeleteNikmat banget ya rasanya huhuuyy... sini peluk
Alhamdulillah ya mb suami sdh sehat ya..mmg jd ibu itu kudu kuat lahir batinnya ya meski aslinya kita itu sedih bgt tp anak2 g tahu.
ReplyDeleteIya pas tahu kabar babang Matt kena, aku langsung kepikiran Vivi, apakah anak wedok tahu, kasihan banget memang kalau tahu malah kepikiran dan ngga bisa ngapa-ngapain di pondok ya mbak..semoga sehat selalu sekeluarga mbaak
ReplyDeleteMenurut yuni jadi ibu memang harus kuat lahir dan batinnya. Karena kalau ibu mengalami hal yang aneh sedikit saja akan berimbas pada kondisi keluarga.
ReplyDeleteMisalnya saja ibu yuni. Pernah beliau sakit dan kami jadi nggak semangat melakukan apa pun. Yah, sedahsyat itu pengaruhnya.
Kisah kuatnya ibu demi anak-anak tetap tenang.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak Niek, sudah dituliskan begini, semoga jadi menguatkan siapa pun di luar sana yang juga mengalami hal yang sama.
Semangat tetap kuat, sehat dan keep writing & inspiring ^^
Kebayang rasanya Mbak... 🤗 Alhasil sekarang sudah sehat semua, ya?
ReplyDeleteSemoga pandemi lekas selesai. Ini sekarang kalau badan ngedrop udah waswas aja bawaannya.
Aakhir Desember kmrn sempat dengar bapak mamakku sakit, rasanya udah nggak karuan krn di rumah berdua aja. Anak2nya jauh semua.
MakNik, semoga dirimu, mas Matt dan seluruh keluarga sehat dan bahagia lahir dan batin yoooo?
ReplyDeleteMbak, semangat ya. Kuat buat anggota keluarga yang lain. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kelapanvan rejeki, aamiin aamiin
ReplyDeletedana darurat dalam rumah tangga memang wajib banget hukumnya ya Mba, jadi sebisa mungkin jangan sampai berkurang, bertambah boleh. Dan aku setuju banget kalau jadi Ibu memang harus bisa pendam emosi dan perasaan perasaan tak nyaman lainnya. Yang penting kalau aku meminimalisir gesekan aja deh.
ReplyDeleteSepakat mbak. Sepertinya memang harus punya dana saving untuk kesehatan. Minimal asuransi yang terjangkau buat jaga-jaga.
ReplyDelete